Breaking News
Loading...
Minggu, 23 September 2012

Kebudayaan Desa Mojo

07.30
Dokumen Pribadi Desa Mojo
Setiap tahun tepatnya di bulan Apit di desa mojo diadakan sedekah bumi. Artinya syukuran/selametan ritual dengan dibarengi acara adat.
Syukuran/acara ritual di punden-punden. Artinya Pepunden/Sesepuh yaitu menurut kepercayaan nenek moyang disitulah tempat leluhur desa mojo dimakamkan. Maka perlu diadakan do’a bersama (menurut istilah disebut Khol) dengan agenda acara Hajatan bersama-sama dengan nasi ancak (nasi dan lauk pauk) dan membawa kembang boreh dengan diiringi hiburan wayang kulit (acara syukuran masal).
Mulai tahun 2000 dimulai sebelum acara ritual diadakan tahlil bersama di kalangan perangkat desa. Kemudian mulai tahun 2008 dikembangkan dengan acara tahlil bersama perangkat dan tokoh-tokoh. Kemudian tahun 2009 diadakan istighosah bersama dengan masyarakat. Kemudian tahun 2010 sampai sekarang ditingkatkan acaranya yaitu Tahtimul Qur’an Binnadhar bersama-sama. Acara tersebut ditepatkan pada hari Jum’ah Wage bulan Apit. Kemudian 4 harinya tepatnya hari Senin Pahing di adakan Pesta Rakyat dengan mengadakan karnapal/perayaan keliling desa dengan mengusung Jembul (Jen Mumbul), artinya agar meningkatkan hasil/kesejahteraan rakyat mojo. Jembul tersebut ada dua, yaitu:

  1. Jembul Lanang yang dibuat dari wilayah barat (dukuh krajan) yang isinya adalah semua hasil bumi/polowijo di arak dan dibawa ke rumah kepala desa sebagai atur glondhong pengareng-areng. Untuk tanda bukti kesetiaannya pada pimpinannya dengan menyerahkan hasil bumi dengan tujuan minta do’a restu agar hasil bumi untuk tahun depan meningkat. Tapi budaya tersebut diyakini orang-orang luar desa mojo bahwa polowijo tersebut bisa untuk menjadi tumbal untuk meningkatkan penghasilan bila dicampuri polowijo tersebut, maka hal tersebut menjadikan mitos sebagai polowijo jadi rebutan. Dan yang bisa masuk ke rumah kepala desa adalah nasi ketan/gemblong dan pisang rojo.
  2. Jembul wadon yang dibuat dari wilayah timur yaitu dari desa Jati yang isinya adalah bahan yang sudah matang yaitu, tape ketan, gemblong ketan hitam, gemblong ketan putih dan pisang rojo, cengkaruk beras, inthel-inthel (bubur tepung sagu) dan nasi buceng. Masakan tersebut di arak ke rumah kepala desa sebagai persembahan untuk daharan sang pemimpin agar bisa merasakan hasil bumi rakyatnya.

Diatas jembul wadon dipajang boneka sepasang sebagai perlambang pimpinan tersebut posisinyaa diatas yang patut dihargai dan ditaati. Dilengkapi payung dan bendera merah putih artinya agar pimpinan tersebut bisa mengayomi seluruh warganya dibawah Negara yang sudah berdaulat yaitu Negara RI.
Iring-iring jembul tersebut diiringi budaya tradisional pencak silat dan reog/jaran kepang dan barongan. Kemudian di kediaman kepala desa dan bale desa dilengkapi hiburan langen beksan 1 malam dan wayang purwo sehari semalam.

Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer