Breaking News
Loading...
Rabu, 26 September 2012

Walisongo dan Islam di Indonesia

13.19
Walisongo atau Wali sembilan dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad 15 - 16. Mereka tinggal ditiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya, Gresik, Lamongan (Jatim), Demak, Kudus, Muria (Jateng) dan Cirebon Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berahirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara  untuk digantikan dengan bentuk akulturasi-asimilasi kebudayaan Islam-Nusantara. Mereka adalah simbol penyebaran Islam Indonesia khususnya Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang berperan, namun mereka yang sangat berperan besar dalam mendirikan kerajaan dan peradaban di Jawa dan Nusantara pada umumnya. Pengaruhnya terhadap kebudayaan dan peradaban masyarakat secara luas serta dakwahnya yang secara langsung yang seiring dengan kebutuhan dan pencerahan masyarakat pada masa itu, membuat para Walisongo lebih banyak disebut dan dikenal dibanding yang lainnya.
  • Walisongo Sebagai Pembawa Rahmat Nusantara 
Para walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Nusantara terutama Jawa mulai dari bidang pendidikan, kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan  hingga kepemerintahan.
Apa yang telah diukir Walisongo di Nusantara merupakan hasil sejarah. Sejarah bukanlah penggalan waktu yang diam. Sejarah merupakan rangkaian waktu yang saling mempengaruhi. Masa kini dipengaruhi masa lalu, sedangkan masa depan dipengaruhi masa kini dan masa lalu. Islam bisa besar saat ini, tentu karena perjuangan panjang di masa lalu. Islam juga akan tetap besar di  masa mendatang, jika mulai sekarang kita torehkan tinta emas. Ingat..! Sejarah yang bernilai adalah sejarah yang menjadi mata air generasi, tak akan lapuk oleh waktu dan tak akan usang oleh zaman.  Nah, sebagai proses menumbuhkan kesadaran bersejarah, mari kita menengok sebentar sejarah dan pola penyebaran Islam di Nusantara oleh Para Walisongo.

  • Masuknya Islam ke Indonesia

Dalam litelatur sejarah, proses penyebaran Islam di Nusantara berbeda dengan kawasan-kawasan lainnya, seperti Timur Tengah, Afrika, Eropa, dsb. Yang banyak diwarnai oleh kekerasan dan bahkan peperangan yang silih berganti dan berkepanjangan. Proses penyebaran Islam di Nusantara berlangsung dengan damai dan sukarela.
Para Mubalighin (Walisongo) yang mula-mula sebagian besar mrangkap sebagai pedagang, menyampaikan Islam dengan penuh keramahan, kedamaian dan kebijaksanaan, kemudian diterima oleh penduduk kawasan ini dengan sukarela, tanpa perlawanan – apalagi kekerasan. Mungkin hal ini disebabkan karena mereka tidak mempunyai kepentingan untuk menolak agama baru ini, bahkan cenderung berkepentingan menerimanya untuk meningkatkan kualitas diri mereka sebagai manusia.
Kedamaian dan kesukarelaan ini yang menyebabkan Islam yang berkembang di Indonesia menemukan wajahnya kembali secara utuh sebagai agama Rahmatan Lil ’Alamin, sebagaimana firman Allah SWT :
!$tBur š»oYù=yör& žwÎ) ZptHôqy šúüÏJn=»yèù=Ïj9

”Sungguh, Kami tidak mengutus kamu (Muhammad) , kecuali sebagai rahmat (cinta kasih) bagi seluruh alam”. (Q. Al-Anbiya’. 107).
Rosulullah pernah bersabda :
المسلم من سلم الناس من يده ولسانه
”Seorang muslim (yang baik) adalah orang yang orang lain selamat dari (kerugian yang timbul karena) tangannya (perbuatan) dan lisannya (kata-katanya)”.
Dalam sejarah Indonesia, tidak pernah terjadi peperangan yang benar-benar karena agama. Kalau toh terjadi tindak kekerasan antar pemeluk agama yang berbeda, biasanya karena sebab-sebab di luar agama (yang kemudian diagamakan).
Islam yang Rahmatan  Lil  ’Alamin inilah yang merata dianut oleh kaum muslimin Indonesia sejak awal, berabad-abad yang lalu. Sampai sekarang, pada dasarnya kaum muslimin Indonesia berwatak seperti itu. Kalau ada penyimpangan, maka hal itu hanyalah bersifat sementara karena adanya semacam gangguan sporadis.

  • Pola Penyebaran Islam di Indonesia.

Penerimaan Islam di Indonesia yang bernuansa damai ini disebabkan pola dan pendekatan para penyebarnya (Walisongo). Berbicara pola penyebaran Islam oleh Walisongo, ada beberapa bentuk yang dapat diketahui, sebagaimana berikut :
a.       Pola Ekonomi
Dilihat dari awalnya, para pedagang muslim hanya memiliki misi ekonomi. Namun, setelah melihat Indonesia yang belum tersentuh ajaran Islam, para pedagang muslim ini terpanggil untuk berdakwah. Satu persatu masyarakat pribumi tertarik Islam. Sehingga, dalam waktu yang relatif singkat kawasan pesisir menjadi pusat perdagangan yang berbasis muslim. Hal ini, dapat diterima dan berkembang dikarenakan : 


  • Ajaran Islam sangat luwes, sehingga dapat diterapkan pada semua kebutuhan dan kondisi.
  • Ajaran Islam sejalan dengan semangat perdagangan.
  • Islam menjadi wadah baru yang mempersatukan perniagaan mereka (komunitas perdagangan).

b.      Pola Sosiologis.
Pola pendekatan sosiologis ini bisa dilihat dari proses sosialisasi para mubalig yang notabene adalah pedagang. Para mubalig ini, memilih pendekatan secara emosional dengan penduduk pribumi dengan lewat pernikahan, anjangsana dan penabiban serta membangun komunitas  (perkampungan) .  Lewat jalur inilah yang dinilai sangat berhasil karena merupakan pola pendekatan yang sangat kompromistik, humanis dan jauh dari konflik dan pertikaian.
c.       Pola Budaya
Pada masa-masa awal penyebaran Islam, seni merupakan salah satu media yang cukup efektif dalam berdakwah. Alasan penggunaan seni sebagai media dakwah diantaranya:
  • Kesenian sudah mengakar di masyarakat tanpa mengenal status sosial, sehingga Islam menjadi lebih akrab dalam keseharian masyarakat.
  • Bahasa seni merupakan bahasa yang simpel dan fleksibel (luas-luwes), sehingga  dakwah mudah dicerna oleh masyarakat.
  • Masyarakat tidak tercerabut dari akar budayanya, sehingga Islam diterima dengan terbuka karena ajaran Islam dirasakan akomodatif, toleran dan cocok terhadap adat istiadat yang sudah mengakar di masyarakat.





0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer