Breaking News
Loading...
Selasa, 13 November 2012

Kendurenan di Masjid

18.51

ilustrator di ambil dari google
Dikalangan warga Nahdliyin berkembang beberapa budaya yang dianggap perlu dilakukan, seperti halnya selamatan, tasyakuran, mauludan dan lain sebagainya. Tak jarang masjid dipilih sebagai tempat suatu acara, sehingga terkadang selesai acara, masjid juga digunakan sebagai kendurenan (acara makan dan minum). Kemudian, bagaimanakah hukum kendurenan di dalam masjid tersebut?
Menyikapi tradisi kendurenan tersebut, Ulama’ memberikan pandangan yang sekiranya dapat dijadikan pegangan hukum adalah sebagaimana berikut ini :
a.      Tidak boleh, apabila berkeyakinan atau mempunyai perkiraan akan mengotori masjid.
b.        Boleh, dengan syarat tidak sampai mengotori masjid.

واَلتَّضَيُّفُ فِى الْمَسْجِدِ الْباَدِيَةِ يَكُوْنُ بِاِطْعاَمِ الطَّعَامِ النَّاشِفِ كَالتَّمْرِ لاَ اِنْ كَانَ مُقَذِّرًا كَالطَّبْحِ وَالبِطِّيْحِ وَاِلاَّ حَرُمَ اِلاَّ بِنَحْوِ سُفْرَةٍ تُجْعَلُ تَحْتَ اْلاِنَاءِ بِحَيْثُ يَغْلِبُ عَلَى الظَّنِّ عَدَمُ التَّقْذِيْرِ فَالظَّاهِرُ اَنَّهُ يَقُوْمُ مَقَامَ النَّاشِفِ (فتاوى العلامة الشيخ حسين ابراهيم المقري فى فصل أحكام المساجد )

"Penjamuan dalam masjid di pedesaan dengan menyuguhkan makanan kering seperti kurma hukumnya boleh, dan diharamkan jika bisa mengotori masjid seperti makanan basah semisal semangka, kecuali jika menggunakan alas (bejana) yang sekiranya kuat dugaan tidak akan mengotori masjid. Dalam hal ini sama dengan makanan yang kering (hukumnya boleh)". (Fatawi al-Allamah al-Syaikh Husain Ibrahim al-Muqarri dalam Fasal Ahkami al-Masajidi)


ولكل أحد دخول المسجد ونحوها كمن فيه لنحو أكل وشرب ونوم وغير ذلك مما جرت به العادة مما لم يضيق ولم يقذر ولم يطلب تركه فيها كما مر)حاشية القليوبي الجزء الثالث ص:۹٤ دار إحياءالكتب العربيه(

”Makan, minum, tidur atau apa saja yang sesuai dengan adat diperbolehkan untuk dilakukan di dalam masjid selagi tidak mengganggu kenyamanan masjid tersebut”.
(Hasyiah  al-Qalyubi, juz III, hal.94)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer