Salam sobat… Salam kulo nuwun…. Salam sampurasun. Monggo…. Kepareng mlebet….Rampes.
Alhamdulillah masih ketemu lagi dengan kabar-kabari pojok kampung. Gimana sobat-sobat? Ni… temen pojok kampung, pingin ngenalin sosok yang dikenal familier, teges ketika menangani masalah, tepat kalau ambil sikap, apalagi kalau menghadapi masyarakat, sosok ini ceplas-ceplos memberi kebebasan, tapi hebatnya masyarakat langsung mampu memilih apa yang harus diperbuat. Di kampung, sosok ini sering dipanggil "Kyai sak karepe dewe" (semaunya sendiri red.). Penasaran…. Yo diundang to. Ben tahu kenal langsung, ben gak termasuk Mas Dur kemarin, jadi golongane kelompok uwaisiyah. Ha ha ha ha ha.
Ma’af Yai, santrine lagi gladur, gak izin Yai, langsung nulis wae. Mboten nopo-nopo tho Yai, santrine ben iso nulis, Yai kan dikenal Kyai Sak karepe dewe. Kiro-kiro yo pantes, duwe santri modele yo sak karepe dewe. Ha ha ha ha ha.
Oh yo sobat-soabat, sampek lali gak ngenalke siapa sih Kyai ini? Kyai ini tinggal di ujung desa berkabut, desa penuh panorama alam yang mempesona, mulai air terjun, binatang yang terlindungi, pepohonan langka sampai pada bebatuan langka, kalau dipukul-pukul, batunya sampai bunyi kayak gamelan. Wah… sobat-sobat penasaran ya? Terus pingin sesekali mengunjungi daerahnya ya? Kalau mau, kontek aja temen pojok kampung. 100% diantar, dengan catatan kebutuhan dicukupi. Ha ha ha ha ha.
Sobat, kalau pingin panggil beliau, panggil aja dengan Yai Wan. Sobat… temen pojok kampung gak bisa banyak cerita tentang beliau, cuma sedikit bagi-bagi apa yang disampaikan ketika temen pojok kampung mendengarkan tausiyahnya aja, yang mungkin bisa dibagi-bagi, untuk oleh-oleh setelah membaca khazanah kyai kampung episode ke empat ini.
Beliau ini, punya ciri khas, ketika memberikan tausiyah atau ada orang yang sowan, pasti pertama-tama beliau ucapkan salam. Setelah salam beliau mesti Tanya : “piye kabare?”, lagi opo? wes ngopo?, buru-buru mau jawab, e, beliau langsung berseloroh, wes sakkarepmu dewe. Sing penting ono perhitungane. Perhitungane nopo Yai? Yo perhitungane nang akhirat, lha perhitungan opo maneh. Yai, Gusti Allah itukan Rohman Rohim, Ghofururrohim? Yo bener. Nanging yo nyawisi jannatun na’im karo wannarus syair.
Ma’af sobat, perbincangan kita kali ini gak bisa dilanjut. Yai Wan, belum kerso. Nanti aja ya, kalau Yai Wan kerso, pasti temen pojok kampung pasti buat kolom khusus kabar-kabari. Dada teman-teman. Walau sedikit semoga bermanfaat ya. Salam… sampurrasun…
Insya Allah, kita besuk masih melihat matahari terbit di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat. (Sugeng ). :)
0 komentar:
Posting Komentar